Kamis, 29 Mei 2014

Mhs Seni Musik UPI " Kerontjong Puteri"..kedubes jepang



Pertunjukan keroncong puteri seni musik upi Bandung pada acara ulang tahun kerjasama Indonesia dan Jepang, di rumah dinas dubes Jepang.


Sabtu, 26 April 2014

Charlie Parker Quintet - Blues for Alice..ERA Bebop





Era bebop muncul pada tahun 1940 an, hal ini dikarenakan mereka tidak senang kalau musiknya dianggap seperti musik hiburan, dan anggapan itu mengganggu jati diri mereka sebagai seniman. Musik bebop pada mulanya hanya dimainkan di kalangan kaum negro saja, belum ada kaum kulit putih yang terlibat. Bebop ini adalah semacam revitalisasi akar ekspresi jazz, akan tetapi dengan suatu perluasan gramatik musik yang sangat penting sebagai reaksi terhadap standar-standar yang sedang ngetrend.

Charlie Parker mengatakan (charlie Parker in "Downbeat", 1949. dikutip dari P.N. Wilson?Ulfert Goeman, "Charlie Parker"' Schafdach,1988. hal 32.) "..Nah, saya jenuh dengan akor-akor yang klise, akor-akor yang dimainkan oleh setiap musisi. Saya yakin bahwa mesti ada sesuatu yang lain. Pada mulanya saya bisa mendengarkannya, tetapi saya belum bisa memainkannya. Kemudian pada suatu kesempatan tahun 1939 saya mementaskan karya 'cherokee' dan sambil bermain, saya menyadari bahwa jika saya menggunkan interval-interval yang lebih jauh dari nada dasar masing-masing akor..maka baru kali ini saya bisa memainkan yang saya dengar".



Charlie Parker (1920-1955) banyak belajar musik dari Schoenberg, Webern, Hindemith, Varese dan Strawinsky. Namun yang dia pelajari dari musik itu kurang menuju pada teknik komposisi. Pendekatan lebih spontan dan sekilas, yaitu "sound" musik dodekafon diimitasi saja. Maka tidak mengherankan bila musik Bebop sangat diwarnai dengan kromatik serta nada-nada disonan. Walaupun kerangka harmoni masih tetap ada sebagai pola dasar, cara pengolahan harmoni lebih luas. Justru estetika improvisasi Parker membuktikan bahwa gaya melodinya adalah harmoni yang dimainkan horisontal dan jika struktur harmoni sederhana, maka Parker membikinnya lebih rumit.



Salah satu struktur harmoni blues yang sederhana adalah contoh berikut yang selanjutnya bisa dibandingkan dengan struktur harmoni "Blues for Alice", karya Charlie Parker. Struktur dasar lagu ini prinsipnya sama (12 birama dan kerangka 4+2+2+2+2)tetapi dikembangkan Charlie Parker menjadi lebih kompleks dengan semacam "sub-harmoni" kebanyakan bersifat Dominan sementara  atau "wakil tritonus".





daftar pustaka

mack, Dieter "sejarah musik jilid 4".Yogyakarta,2004, Pusat Musik Liturgi.


Philip Glass "Strung Out" Johnny Gandelsman "MUSIK MINIMALIS"





Dapat dikatakan 'Strung Out " (1966) merupakan karya pertama dari Philip Glass, karya ini untuk biola yang diamplifikasi. Karya ini dapat dikatakan sudah sepenuhnya gaya Glass yang utama, yaitu teknik repetitif yang senantiasa berubah secara aditif atau subtraktif. Menurut Glass, teknik ini dia kembangkan setelah mengalami konsep "Tala" dalam musik India. Prinsip "Tala" dalam musik India adalah suatu kerangka metrik (misalnya 3+2+2+3+2) sekaligus menentukan aspek formal, karena kerangka metrik susunan unit-unit ketukan tersebut selalu diulangi, walaupun tidak secara nyata sebab para musisi bisa mengisinya dengan ritme-ritme yang bermacam-macam. Lalu, Glass sama sekali tidak menggunakan prinsip ini dengan cara seperti pada musik India. Glass hanya mementingkan teknik aditif dan subtraktif. Prisip demikian itu itu kelihatan agak sama dengan berbagai teknik prosesual dari Stave Reich, namun terdapat perbedaan yang sangat mendasar , sebab Glass tidak mengutamakan suatu proses yang teratur. Glass juga tidak bekerja dengan prinsip "phase shifting', melainkan proses perubahan minimal dalam musiknya bersifat lebih linier atau horisontal. Pada karya "strung out" nilai ritmis selalu sama, yaitu not seperdelapan. Motif dasar adalah lima not pertama yang dibagi 3. Pada ulangannya dua not pertama didobel dan not akhir c dihapus menjadi 2+2+ pada ulangan ketiga nada c ini dimuat setelah dua not pertama dan ditambah satu not d menjadi 3+4. Ulangan keempat bersifat subtraktif sebab hanya sub-motif 4 diulangi lagi seterusnya. Walaupun kelihatan terdapat sistematika (5,6,7,4), ternyata hanya kadang-kadang demikian.

Exotica 'Maurice Kagel".





Musik dan teater

secara tidak langsung, unsur teater merupakan suatu aspek yang selalu berhubungan dengan suatu pementasan musik. Sebagai contoh komponis penting dari Eropa yang menggunakan 'mixed-media" dalam karya-karyanya adalah MAURICE KAGEL (1931-) .
EXOTICA merupakan karya MAURICE KAGEL yang diciptakan pada  tahun 1972, untuk alat yang bukan dari Eropa atau disebut dengan alat etnis. Dalam karya ini Kagel ingin mengkritik berbagai kecenderungan di dunia musik kontemporer dan populer, yaitu penggunaan alat eksotis oleh berbagai komponis sebagai rangsangan 'eksotis' untuk memperkaya antara lain kemiskinan musiknya sendiri. Menurut kagel hal ini mirip semacam neo-kolonialisme saja. Dalam partiturnya, jenis alat sama sekali tidak di spesifikasikan, melainkan hanya dicatat berbagai cara produksi bunyi secara netral. Bahkan penting sekali bagi Kagel, bahwa para enyaji sama sekali tidak tahu tentang cara memainkan alat-alat itu secara mentradisi di lokasi aslinya.

Kamis, 24 April 2014

Musik di dalam Islam (perenungan)



Dari Abi Malik Al Asy’ari dari Nabi shalallahu alaihi wa sallam beliau bersabda :ليشربن ناس من أمتي الخمر يسمونها بغير اسمها يضرب على رؤوسهم بالمعازف والقينات يخسف الله بهم الأرض . ويجعل منهم القردة والخنازير“Sesungguhnya akan ada sebagian manusia dari umatku meminum khamr yang mereka namakan dengan nama-nama lain, kepala mereka bergoyang-goyang karena alat-alat musik dan penyanyi-penyanyi wanita, maka Allah benamkan mereka ke dalam perut bumi dan menjadikan sebagian mereka kera dan babi.” (HR. Bukhari dalam At Tarikh 1/1/305, Al Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.)



Di dalam Agama Islam, musik cenderung dikatakan amat sedikit. Sehingga banyak tafsir akan hal ini, ada yang mengharamkan, ada yang mensunnahkan dan adapula yang mengatakan boleh. Oleh karenanya sedikit akan saya kutip suatu tulisan berdasarkan sejarah, tentang musik pada zaman rasulullah.

Nabi Muhammad SAW (571-637) tidak hanya lahir di Mekkah tetapi juga mewartakan agama Islam di tempat ini. Dapat diketahui bahwa beliau senang dengan musik dan sekaligus menentang musik. Artinya demi agama beliau membeda-bedakan musik mana yang bertentangan dengan agama dan mana yang tidak. Malah pada saat itu berkembanglah nyanyian ziarah baru yang boleh diiringi dengan shakin (suling) dan tabl. Di dalam ibadah musik juga digunakan , sejak awal adhdan dinyanyikan. Lagunya (tahlin) mula-mula sedih, kemudian makin melodius. Berkembanglah taghbir (suatu gaya pembawaan yang ada polanya) untuk Alquran  terdiri dari semacam lagu resitatif dengan modulasi-modulasi (qira'a). Pola lagu inipun mula-mula sangat sederhana, sejak abad ke 9 terus berkembang , bahkan juga menggunakan lagu rakyat. Dari situ lahirlah pula lagu hiburan rohani antara lain nasha'id (lagu madah).

Dengan berkembangnya agama Islam, musik duniawi mula-mula mundur. Di bawah Kalifah-Kalifah pertama yaitu: tahun 632-661 sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW terdapat banyak tulisan yang melawan quina (biduanita, penyanyi wanita, gadis penyanyi) . Di Medinah pada pertengahan abad ke 7 makin banyak pemusik pria yang tampil, mungkin juga karena ada pengaruh dari Persia.

Dari tulisan ini hendaknya kita dapat merenung, terutama umat pengikut Nabi Muhammad SAW. Renungan itu diperlukan untuk diri masing-masing umat manusia, untuk mengevaluasi diri termasuk diriku sendiri. Perihal penilaian masing-masing diri memilikinya dan jangan pernah memaksakan penilaian kita terhadap orang lain. Itu saja yang dimaksud mengenai tulisan ini.



daftar pustaka:
Ighatsatul Lahfan Fi Mashayidisy-syaithan; Ibnul Qayyim Al-Jauziyah; Dar Ibnul Jauzi cetakan I, 1424 H.
Karl edmund Prier sj" Sejarah Musik 1" PML, Yogyakarta. 1991.

Minggu, 20 April 2014

CERTA PENDEK CERITANYA

Geliat kehidupan disebelah kita
Oleh : Hery udo supiarza

Matahari pagi  bersinar masih malu-malu, cuaca nampaknya akan cerah hari ini sebab awan tak terlihat sama sekali hanya  sisa embun masih bergelayut disela-sela rumput dan tanaman bunga dipekarangan rumah-rumah penduduk. Dari satu jam sebelumnya ,setelah melaksanakan sholat subuh , Yati  telah bergegas  menuju kamar mandi umum dibawah pohon kamboja dekat dengan sungai yang berwarna hitam pekat karena segala macam barang sisa  kesibukan kota memenuhinya, mulai dari kardus, kaleng oli,sampai sisa karet kondom. Yati begitu senang, karena Ia mendapatkan nomor antri pertama, biasannya Yati selalu mendapatkan nomor antri kelima  setelah para ibu pencuci pakaian upahan.Setelah selesai mandi ,Yati,   anak satu-satunya perempuan  berumur delapan belas tahun  dari tujuh bersaudara ini segera menyiapkan peralatan rias yang tersimpan rapi di dalam kardus sisa mie instan, kemudian dengan  terampilnya Yati mulai menghias dirinya sambil sekali-kali melihat kedepan kaca rias mengagumi penampilannya yang tak kalah cantik dengan penyanyi  dangdut pujaannya yaitu Elvi Sukaesih, terakhir  hampir ia lupa memberikan lukisan titik hitam dengan pensil sebagai  tahi lalat palsu di dagu sebelah kirinya.
Rutinitas seperti ini telah Yati  lakukan sejak ia berumur  enam tahun, sambil berlari kecil Yati segera menuju halaman depan rumah kontrakan  keluarga mereka,kakak-dan ayahnya telah menunggu dengan senjata masing-masing,  sang Ayah sedikit berteriak menyuruh Yati  untuk segera mencoba dulu sound system.
“Yat..ayo sini lu!” Ayah Yati berkata seperti biasanya. “ Ya, Bentar!. Ini dah siap koq.” Jawab Yati, Dia berlari kecil dan hampir menabrak kabel gitar kakaknya. “eh..ati-ati lu! Ntar klo kabelnya putus baru nyaho!” Amir,kakak  Yati yang paling tua berkata sambil sibuk menyetel ampli gitar butut yang Ia dapat beberapa tahun lalu ,pemberian seorang anak muda, konon katanya Dia begitu mengagumi permainan gitar Amir,”bang Amir! Maen gitarnya bagus banget dan rapi kayak bang Aji”.Anak muda itu mengomentari. (maksud Bang aji adalah  Haji Rhoma Irama, Raja dangdut).
“ Sip, dah enak kayaknya nih!” Ayah mengomentari hasil cheksound mereka. “Mir, gitar elu kekerasan , bas ma ketipung gak kedengeran tau!” Marwan berkata protes, Marwan adalah kakak Ratna nomor enam, Dia bertugas mendorong gerobak dan mengedarkan topi untuk menerima saweran dari penonton. Tapi walaupun tugasnya tidak begitu terhormat, Marwan ini adalah orang yang paling dipercaya dalam keluarga untuk mengevaluasi keras, lembut , seimbang atau tidak seimbangnya suara music mereka. Jika Marwan sudah menyepakati  hasil suara dari seperangkat soundsistem  butut milik keluarga ini, maka barulah mereka berangkat.
“Amir,coba volumenya kecilin dikit dong!” ayah berkata. “ni udah, tinggal lu zam !” amir berkata kepada adiknya nomor  tiga, Azam sang pembetot Bass. “Ya..ya..gue ma ahmed mau nyobain nge-belen nih !, Azam menimpali, Ahmed adalah kakak Yati nomor tiga, Dia mempunyai peran memainkan  Tam-tam (istilah bagi pemusik dangdut untuk dua buah  alat perkusi kecil yang mempunyai peran sangatlah penting, sebab tanpa alat music ini sama saja seperti sayur tanpa garam).
“Ok. Kalau dah pada sip kita berangkat sekarang, keburu siang nih!!” Ayah berkata memberi komando untuk berangkat.
Suasana pagi semakin riuh, para pedagang sayur, tukang beca, calo angkutan kota, anak-anak sekolah, tumplek menjadi warna kehidupan pagi . Seperti layaknya orang Gipsi, keluarga ini berjalan beriringan,Ayah Yati sebagai juragan  Orkes dangdut dorong, berada paling depan  layaknya  seorang panglima perang, sambil  sesekali menyapa orang-orang yang memandang dan memberi  senyum kepada keluarga ini. kemudian gerobak dan seperangkat alat pengeras suara berada di bagian kedua, barulah dibelakangnya  Marwan yang memiliki  perawakan  paling besar dan kuat bertugas mendorong gerobak, disusul Yati, Amir dan Azam.  Inilah gambaran potret keluarga miskin Bangsa kita didalam mempertahankan kerasnya kehidupan.Mereka menjalani kerasnya hidup dengan penuh suka cita dan tidak dengan cara mengemis.Satu hal yang paling penting, mereka memiliki rasa optimisme , tidak pantang menyerah dan bekerja tanpa mengeluh. Walaupun mereka miskin, tapi dengan keadaan hidup demikian  mereka  mampu menciptakan hubungan keluarga yang harmonis, saling menjaga dan saling menghormati.
Sekitar lima belas menit kemudian, sampailah mereka ketempat yang mereka tuju. Sebuah pertigaan, ditempat ini terdapat sebuah toko kelontong milik ko wijaya, toke keturunan Cina yang mempunyai rasa nasionalisme tinggi, maklumlah  kakeknya adalah salah satu pejuang pergerakan dan konon sangat bersahabat dengan sang proklamator Bangsa ini, itu kata ko wijaya kalau dia sudah mulai bercerita dengan penuh gelora mengenai kakeknya. Ko Wijaya ini sangat ramah dan baik hati,nyatanya Dia membolehkan lapangan kecil disebelah tokonya sebagai tempat  Yati dan keluarganya mengadakan pertunjukan.
“Yuk anak-anak, siapin tu peralatan, kita akan mulai pertunjukan hari ini!” Ayah berkata memberi komando. “Oke,!”Jawab Marwan, sambil melepaskan tangannya dari gagang dorongan gerobak, lalu ia bergegas mendekati aki yang merupakan sumber listrik dari perangkat soundsistem. Dut..dut..ta.tak..dut. ,dem..dum..dem, jreng..cek.cek..jreng, intro atau bagian pembukaan telah  dimulai. Satu persatu orang-orang mulai berkerumun mendekati pertunjukan Yati dan keluarga.
“ Halo semua.. selamat pagi, semoga hari ini kami bisa menghibur anda sekalian”, Yati memulai pidato singkatnya atau lebih tepatnya pidato basa basi,isi pidatonya  sama dengan yang ia katakan  kemarin dan telah bertahun-tahun, dan selalu sama isinya. “sebuah lagu pertama dari Hajjah Umi Elvi Sukaesih,!! Gula-gula, selamat menikmati. Yati menyelesaikan pidatonya sambil mulai memutar-mutarkan pinggulnya, mengikuti irama tam-tam. Penonton semakin ramai, namun yang berjoget tertib dan terkendali, sebab hal ini sudah menjadi biasa, bukan pemandangan yang aneh bagi orang-orang di pasar itu.
Hari telah menjelang sore, suasana pasar mulai sepi meninggalkan serakan sampah seperti sisa perang kurusetra saja, tumpukan sayur mayur bergelimpangan menunggu datangnya para pemulung memungutinya.Hari ini, telah dua kali istirahat  keluargaYati lakukan, yaitu ketika adzan dhuhur dan sekarang ini,  maka sudah tiba saatnya untuk mereka pulang kerumah.
“Yuk. Kita pulang anak-anak, jangan samapai ada yang ketinggalan, ntar repot tuh”, Ayah Yati berkata dengan senyum senang, karena hari ini perolehan mereka cukup memuaskan nampaknya. Tanpa banyak bicara  Marwan memeriksa segala perabotan yang berada dalam gerobak , sekarang gerobak itu tampak lebih penuh, selain senjata dari kakak-kakaknya telah diletakkan kedalam gerobak itu, di tambah pula dengan  belanjaan untuk persediaan makan mereka malam ini.
“ Ok, sip! Semua dah lengkap, gak ada yang ketinggalan”, Marwan berkata menerangkan perihal tanggung jawabnya.
 Maka berbarislah mereka seperti ketika mereka berangkat tadi pagi. Namun, ekspresi mereka lebih ceria sore ini, hanya saja penampilan mereka layaknya petani pulang dari sawah, belepotan dan kelelahan.
Selesai sholat magrib Yati segera ke dapur untuk menyiapkan makan malam keluarganya, persoalan masak memasak dan menghidangkan makanan adalah tanggung jawab Yati, hampir lima tahun keluarga ini telah ditinggalkan Ibu mereka, Ibu mereka telah dipanggil oleh_Nya, karena sakit demam berdarah dan mereka tidak punya biaya untuk membawanya ke dokter.   Sementara tiga kakak laki-laki nya yang lain berpencar-pencar bekerja sebagai kuli bangunan, dan hanya satu tahun sekali  pulang mengunjungi keluarga induknya. Waktu telah menunjukkan jam sepuluh malam, ayah dan kakak-kakak Yati telah terlelap menciptakan paduan suara malam didepan pesawat televisi hitam putih empat belas inci, Yati mengamati wajah anggota keluarganya satu persatu sambil tersenyum.
 “Biarlah kekayaan tidak memihak kepada kami, tetapi ada hal yang lebih penting yaitu kebahagiaan yang memihak pada kami”. Yati berucap di dalam hati, sambil mematikan televisi,.
Yati beranjak masuk kamar  tidur berukuran dua kedua meter  untuk mendatangi mimpi-mimpinya yang belum terwujud.

Pada  dasarnya didekat kehidupan kita sehari-hari, terdapat banyak warna  kehidupan masyarakat kita, apalagi persoalan sosial.Bangsa ini sedang sakit, bukan sakit flu karena kehujanan, tapi sakit tumor yang akarnya telah menyebar ke pusat syaraf kehidupan, dan kita sepertinya sedang menunggu untuk diamputasi atau dimatikan. Nilai-nilai sosial masyarakat kita semakin terkubur,apakah disebabkan himpitan ekonomi?!,keprustasian telah menjadi tontonan sehari-hari, jangan kita bicara tentang moral! Mari kita kerjakan sesuatu yang kita pahami dengan kejujuran dan ketulusan.    

Indie Label, Mayor Label, pendidikan musik dan apakah itu?


Sabtu, 19 April 2014

Miles Davis - So What (high quality, correct speed, correct pitch)

SEDIKIT TENTANG HARMONI BLUES

Hery udo supiarza

I.                   Pendahuluan
            Dalam istilah musik secara umum harmoni lebih diartikan adalah sebagai suatu keseimbangan yang terdapat dalam sebuah musik, dalam kehidupan sehari-hari istilah harmoni begitu dekat dengan kehidupan ini, banyak orang mengatakan sesuatu yang seimbang atau berimbang adalah sesuatu yang harmonis, sebagai contoh: dalam kehidupan sosial kita harus saling menghargai perbedaan, perbedaan status sosial, agama, ras ,bangsa, pandangan politik sehingga dapat tercipta keharmonisasian. Harmoni sebagai suatu peristiwa kait-mengait di dalam musik memiliki gaya dan aturan sendiri-sendiri atau lebih di kenal dengan istilah estetika harmoni, setiap jaman dalam musik barat,  harmoni memiliki aturan-aturan sendiri sebagai ilmu yang harus dikuasai oleh seseorang ketika akan mempelajari satu gaya harmoni di dalam sebuah jaman. Seperti contoh, harmoni jaman baroq memiliki aturan-aturan sendiri dan aturan itu telah menjadi pembakuan di dalam harmoni jaman barok, aturan ini merupakan suatu konsensus yang harus diikuti sebagai syarat utama di dalam mendalami estetika musik barok tersebut. Pada perkembangannya harmoni mengalami banyak revolusi bukan hanya sekedar persoalan rangkaian melodi secara horizontal namun mulai berkembang kesusunan melodi secara vertikal, perkembangan ini tidak lepas pula dari perkembangan musik secara instrument, ketika piano diciptakan dan ketika para komposer melakukan inovasi dan ketika terjadi akulturisasi budaya maka harmonipun mengalami perkembangan lebih komplek lagi. Pada tulisan ini kami akan mencoba untuk memaparkan suatu bentuk harmoni yang terjadi karena proses akulturasi budaya yaitu harmoni blues. Harmoni blues ini kemudian berkembang dan menjadi begitu berpengaruhnya terhadap musik industri sekarang ini, semua musik industri yang berkembang saat ini adalah akibat pengaruh dari harmoni blues yang terjadi karena adanya akulturasi budaya yang terjadi di benua amerika, tepatnya amerika serikat. Pengaruh perbudakan yang terjadi di masa lalu di Amerika dapat dikatakan merupakan awal dari perkembangan harmoni ini, maka sebelum penulis memaparkan tentang bentuk dan gaya harmoni blues tersebut tentunya harus di mulai dari sejarah awal perkembangan harmoni blues.
II.                Blues sebagai musik modal
            Pada awalnya musik blues merupakan musik vokal yang dibawakan oleh budak negro Amerika, ketika terjadi perbudakan di Amerika budak negro sambil beristirahat mereka selalu bernyanyi untuk menghibur diri. Suatu ekspresi murni dan utuh merupakan ciri dari musik blues, suatu ekspresi penderitaan dan tangisan yang di wakilkan dalam bentuk nyanyian, musik blues dapat dikatakan sebagai  salah satu sumber dari musik popular abad ke 20, walaupun pada awalnya kaum kulit putih tidak mengakui hal ini. Pada kenyataannya musisi blues sering tampil sebagai solois (iringan sendiri), sebagai suatu seni pertunjukan, artinya dari peilaku ini dapat dilihat suatu citra keterpencilan, citra keterasingan dalam penderitaan pada setiap musisi blues dan kemudian sikap ini menjadi suatu ciri khas blues sebagai suatu seni pertunjukan.
            Akan tetapi, kekuatan ekspresi ini kemudian lambat laun menjadi lemah setelah mereka merasa terbebas dari perbudakan, rasa kebersamaan diantara mereka sebagai manusia senasib kemudian memperlemah persatuan dan kesatuan diantara mereka, mereka telah mulai hidup secara individual, masing-masing terpaksa mencari kehidupan sendiri dan modal hidup sendiri untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini menyebabkan timbul suatu proses perjuangan eksistensial antara kaum negro dan buruh-buruh ras putih, sekaligus diantara kaum negro sendiri, hal ini juga menjadi ciri keterpencilan yang kemudian menjadi ciri khas musik blues sebagai seni pertunjukan. Pada umumnya, blues diartikan sebagai suatu kerangka harmoni tertentu, yaitu 1…IV.I.V IV I. (12-BAR-BLUES). Artinya, konsep Blues dikaitkan dengan konsep musik tonal diatonik. Dari suatu sisi, (terutama berhubungan dengan transformasi ke dalam musik Jazz), struktur ini memang digunakan secara tonal, namun tradisi musik blues asli sebenarnya jauh lebih berbau modal, bahkan berhubungan dengan intonasi murni (septim yang lebih rendah dibandingkan dengan septim “well-tempered” dalam konteks diatonik). Kenyataan ini dapat dibuktikan dengan urutan harmoni V,IV yang memperlemah kesan musik tonal, sekaligus memperkuat kesan modal antara tingkat I dan IV. Perlu diketahui bahwa pada awal perkembangan musik Blues bentuk kerangka harmoni ini tidak merupakan ke-khasan untuk musik Blues, struktur harmoni ini berkembang pada tahun 20-an di kota-kota besar (city-Blues). Untuk lebih menjadi gambaran tentang pengaruh pentatonic blues sebagai musik modal dapat kita lihat pada jenis musik jazz modal. Perkembangan musik jazz dimana unsur pentatonik blues merupakan salah satu yang mempengaruhi secara filosofis sebagai musik modal awalnya dapat kita terangkan seperti di bawah ini:
Modal jazz adalah jazz yang dimainkan menggunakan mode musikal dibanding pergerakan chord. Ketika para musisi berbicara tentang cara atau mode dalam jazz , mereka seringkali mengartikan berdasar tujuh modes (seven modes based) dalam skala major. Penulis lebih suka untuk memperlakukan tiap mode tetap dalam posisinya Biarpun dalam mengenal konsep ini tidak salah untuk mengambil skala mayor dan memainkan tiap not dalam pergerakan mode tonic . Cara yang digunakan Modal Jazz tapi pemahaman tentang mode seringkali dapat juga membantu belajar improvise didalam perubahan chord . Hal penting untuk memahami pendekatan ini hanya dapat digunakan sebagai awal untuk belajar improvisasi melodi .
Pemahaman mengenai modal jazz membutuhkan pemahaman pengetahuan dari mode musikal. Mode adalah skala ketujuh yang digunakan dipertengahan musik tapi kembali digunakan oleh komposer seperti Claude Debussy dan sering juga digunakan komposer abad 20. Pada be-bop seperti juga pada hardbop musisinya menggunakan chords untuk menampilkan background mendampingi solois. Sebuah lagu dapat saja mulai dengan tema yang menggambarkan pengenalan chords yang digunakan solois . Chords ini dapat berulang diseluruh lagu ketika solois akan memainkan bagiannya. Di era 1950-an improvisasi bersama chords menjadi sesuatu bagian yang dominan dari para musisi jazz,  pemain musik melakukan improvisasi hanya dalam bentuk brokenchord, yaitu : wilayah improvisasi berdasarkan kerangka chord saja dan sudah direncanakan untuk dimainkan . Mengkreasikan perubahan solois menjadi lebih variatif sangatlah sulit, karena terbelenggu oleh bentukkan chord .
Diakhir Tahun 1950 musisi bingung atau frustasi dengan chords yang berulang, mereka mencoba dengan pendekatan modal (yang berhubungan dengan perasaan). Mereka tidak menulis lagu menggunaka chords tapi malah menggunakan skala modal. Ini berarti bassis sebagai contoh (instance) tidak harus bergerak dari satu not penting dalam chord ke not yang lain, selama mereka tetap pada skala yang digunakan dan mementingkan not yang benar dalam skalanya mereka dapat bergerak kemana saja . Pianis sebagai contoh yang lain tidak harus memaikan chord atau variasi chord-nya tapi bisa melakukan apa saja selama dia tetap pada skala yang digunakan. Solois juga punya keleluasaan dalam melakukan improvisasi.
Pada kenyataannya cara yang diambil solois di dalam mengkreasikan perubahan perubahan solonya secara dramatik dimulai sejak kedatangan modal jazz. Sebelumnya tujuan solois bermain solo untuk mencocokkan dengan set chord-nya. Bagaimanapun dalam modal jazz solois harus mengkreasikan melodi dalam satu chord yang mungkin potensial menjadi membosankan bagi pendengarnya. Oleh karena itu tujuan musisinya membuat melodi sama menariknya. Modal jazz dalam esensinya adalah kembali ke melodi.
Hal yang penting untuk diketahui adalah kesempatan bassis dan pianis untuk bergerak pada not di skala yang tidak cocok dengan chord utama dari skalanya. Sebagai contoh dalam skala Ionian C adalah not utama. Not yang lain sebagai contoh B tidak cocok dimainkan dengan C ini tidak mungkin digunakan diluar lagu modal jazz yang ditulis dalam C ketika memainkan chord C. Dalam lagu modal itu mungkin yang berarti not yang dimainkan tidak dikenali sebagai bagian dari C mayor .
Di dalam karya modal jazz, contoh komposisi yang penting adalah "So What" oleh Miles Davis dan "Impressions" dari John Coltrane. Kedua komposisi ini dimainkan dalam tangga nada Dorian yang berarti dimainkan minor. Keduanya sama-sama menggunakan bentuk AABA dan pada D dorian untuk bagian A dan memodulasikan naik setengah ke Eb Dorian untuk bagian B nya. Album King of Blue nya Miles Davis satu yang dapat dipandang sebagai explorasi modal jazz, album ini termasuk penting dan menonjol, serta disebut album jazz klasik .
Improvisasi dalam konteks modal salah satu pemusiknya harus memulainya dalam skala yang spesifik sebagai contoh dalam D dorian: D, E, F, G, A, B, C, D. Tapi satu yang harus diingat adalah kemungkinan untuk mengambil sejumlah not dari skalanya (dan tidak semua) untuk mengkreasikan dalam skala yang lebih kecil atau pilihan dalam berimprovisasi.
Sebagai contoh dalam D dorian salah satu harus memainkan not dari D minor triad (tiga serangkai) (Dalam kenyataannya ini adalah yang dilakukaan Miles Davis diimprovisasinya (to begin with?)) atau salah satu musisinya konsisten memakai triads yang ada dimodanya. (C maj, Dmin, Emin dll.). Yang pasti adalah jika musisi memilih triad yang upper structure triad (struktur diatasnya atau lebih tinggi) dari chordnya, musisi akan mendapat tekanan lebih disana. Musisi mungkin juga menggunakan banyak pentatonic yang berbeda dalam skalanya seperti C  pentatonik F  pentatonik dan G  pentatonik . (Not yang agak tidak harmonis seperti A minor D minor dan E minor pentatonik dimainkan berturut turut) . Sebagai pilihan itu tampak seperti batas not yang dapat meluaskan pilihan improvisasi untuk pemain dalam pendekatan modal jazz.
III.             Pentatonik Blues dan Pengaruhnya Pada Musik Populer
            Pentatonik blues merupakan suatu notasi yang menjadi ciri khas dan begitu kuat pengaruhnya di dalam perkembangan musik popular masa kini.Skala pentatonic sesungguhnya terdapat di setiap wilayah dunia, sebagai contoh: musik tradisi Jepang dan China menggunakan skala pentatonik yang mirip dengan pentatonik blues namun gaya pengolahan secara melodi saja yang berbeda. Selain gaya di dalam permainannya berbeda juga terdapat not sisipan yang menjadi kekhasan pada pentatonic blues, yaitu adanya Blue not, blue not ini merupakan suatu not lintas yang menjadi karakteristik tersendiri didalam pentatonic blues, skala pentatonic ini kalau kita tuliskan secara tingkat adalah: 1-2-3-5-6-1 dan jika dibuat dalam bentuk notasi dan dimainkan pada kunci C maka menjadi C pentatonic. 
Susunan skala pentatonic di dalam pergerakan akord C major yaitu geraqkan I-IV-V dapat kita gunakan pentatonic C dengan pengolahan sendiri, kita bisa memulai dari C atau not mana saja namun tidak terlepas dari skala pentatonic tersebut, keterkaitan di dalam istilah harmoni ketika kita menggunakan skala ini merupakan hal yang paling aman dilakukan, gambar dibawah ini skala tk I.IV.dan V pentatonic di tambah dengan bentukan akord sebagai harmoni dari d minor.
Dari bentukan harmoni diatas dapat kita lihat, bentukan kord d minor sebagai kerangka harmoni dari C major, dengan menggunakan pentatonic tingkat I,IV dan V bisa dibuktikan tentang bagaimana fleksibelitasnya skala pentatonic blues di dalam gerakan harmoni tonal, artinya: semua tingkat dapat kita gunakan sesuai dengan pengolahan yang kita inginkan. Akord sebagai kerangka harmoni dapat kita kembangkan secara luas, seperti didalam kerangka harmoni musik jazz yang begitu banyak  dengan voicing, skala dapat digunakan secara sederhana saja, bentukan harmoni dalam kord voicing  hanyalah untuk memberikan bukaan lebih luas saja.
Kord G7 sebagai kerangka harmoni adalah sebagai ruangan yang memberikan kesan lebih luas saja, dalam kord G7 tersebut melodi yang digunakan hanyalah gerakan tk I,IV,V pentatonic. Didalam contoh tersebut bentuk melodinya masih berurutan sesuai dengan tingkat , pada kenyataannya kita bisa memulai dari nada apa saja , asal tidak keluar dari susunan nada pentatonik tersebut. Pengaruh pentatonic blues didalam perkembangan musik popular dunia saat ini begitu kuatnya, sebab kerangka harmoni blues yang berawal dari istilah 12 bar blues begitu sangat berpengaruh terhadap hampir seluruh musik pop dunia saat ini, lagu popular apapun yang sedang trand saat ini selalu merujuk kepada kerangka harmoni 12 bar  di dalam musik jazz demikian juga walaupun tidak sama persis.
Kerangka harmoni blues 12 bar merupakan suatu kerangka harmoni yang terdapat gerakan TK I,IV dan V sebanyak 12 bar, kemudian kembali..terjadi pengulangan terus menerus, kerangka ini merupakan ibarat ruangan dimana penyanyi atau pemain musik instrument dapat bereksplorasi dengan menggunakan skala pentatonik blues begitu luas. Pada musik popular kerangka harmoni ini mengalami banyak modifikasi’, musik blues secara chord banyak menggunakan septim, dengan menggunakan kord major 7 memang secara harmoni ruangan dan kesempatan untuk melakukan bukaan harmoni terasa cukup luas. Pemain bass dapat membuat variasi nada-nada yang ada pada kord gitar yang sedang dimainkan oleh pemain gitarnya. Misalnya jika pemain gitar sedang memainkan kord C mayor maka pemain gitar tidak harus membunyikan nada C juga, tetapi dia bisa memvariasikan nada yang ada pada kord C mayor yaitu C E G. Artinya dia juga bisa membunyikan nada  E ataupun nada G saat pemain gitarnya memainkan kord C mayor.  Hal ini akan memperkaya harmoni lagu yang kita buat atau mainkan.
Perlu diperhatikan juga pada popular harmoni popular, Chord diminished jarang sekali dimainkan dikarenakan sifatnya yang terlalu disonan, biasanya dia digantikan menggunakan chord V dengan third on bass, misalnya pada C major harmoni, chord
B diminished akan digantikan dengan chord G/B sehingga lebih terdengar manis.
 Kemudian bagaimanakah bentuk septim tersebut , dapat kita lihat pada keterangan berikut ini : Jika kita susun tangga nada C mayor dengan menggunakan harmoni mayor 7 maka akan menghasilkan bentuk akord sebagai berikut
I = C E G B = 1 3 5 7 = Major 7th
II = D F A C = 1 b3 5 b7 = minor 7th
III = E G B D = 1 b3 5 b7 = minor 7th
IV = F A C E = 1 3 5 7 = Major 7th
V = G B D F = 1 3 5 b7 = Dominant 7th
VI = A C E G = 1 b3 5 b7 = minor 7th
VII     =        B          D        F        A        =     1     b3     b5      b7                 = minor 7th b5
Dari rumus susunan kord di atas maka kita dapat memperoleh rumus susunan kord harmoni mayor, sebagai berikut : Ima7 IImi7 IIImi7 IVma7 V7 VImi7 VIImi7(b5). Dari keterangan dan contoh kerangka harmoni major 7 diatas dapat kita lihat bahwa musik popular sekarang ini selalu berkiblat kepada gerakan harmoni blues, kajian teori harmoni modern seakan-akan selalu menjadi suatu kajian yang paling benar sehingga terjadi konvensi dalam tataran musisi bahwa gerakan harmoni yang benar adalah seperti tersebut diatas. Hal ini dapat kita buktikan dengan bagaimana pengetahuan tentang bentukan harmoni ini berkembang baik didalam dunia pendidikan maupun kajian buku-buku teori musik yang beredar dipasaran.                                                                                                                                   Dengan fenomena tersebut maka tidaklah heran jika musik popular saat ini secara kerangka harmoni sangat di pengaruhi oleh gaya harmoni musik Blues.



IV.             KESIMPULAN
Pada akhirnya perkembangan musik popular begitu pesat sekarang ini, pengaruh harmoni blues semakin terasa karena disebabkan kemudahan di dalam mendapatkan informasi melalui kemajuan teknologi. Pemahaman terhadap gejala harmoni yang mempengaruhi suatu musik tentunya harus dianalisis secara sungguh-sungguh, mulai dari awal perkembangan musik tersebut sampai pembedahan secara sistematik musikalitasnya.
Pada tulisan ini penulis merasa begitu banyak kekurangan baik dalam segi penulisan dan cara pemaparannya. Begitu banyak yang penulis ingin sampaikan namun keterbatasan pengetahuan dan konteks harmoni merupakan suatu wilayah yang sangat luas, sehingga penulis berharap untuk dapat diberikan masukan dalam bentik kritik dan saran terhadap tulisan yang sederhana ini.


DAFTAR PUSTAKA
Mack, Dieter (1994) Apresiasi Seni-Musik Populer , IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan

Levine, Mark (1995) The Jazz Theory Book, USA: Sher Music C.O.

Kamis, 17 April 2014

MENGAPA SAYA SUKA MUSIK The Beatles

Penggemar grup musik The Beatles di Indonesia begitu banyak, sampai hari ini tak jua berkurang penggemar dari grup Inggris yang satu ini. Mulai dari orang tua yang hidup di jamannya sampai para anak muda yang lahir setelah The Beatles hanya meninggalkan paul Mc Cartney dan Ringo Starr. Penggemar ini begitu fanatik, ada yang keliling dunia mencari peninggalan-peninggalannya, sampai menabung bertahun-tahun untuk dapat berkunjung ke makam John Lennon bahkan  ada yang belajar mati-matian memainkan bass dengan cara kidal, padahal secara lahiriah ia tidak kidal, hal ini guna mendapatkan kemiripan yang sebenar-benarnya seperti paul sebagai pemain bas dari grup The Beatles. Kalau pakaian dan gaya rambut itu sudah biasa kita lihat. Lalu pertanyaannya adalah mengapa orang-orang itu begitu fanatiknya? seorang pengamat musik Indonesia yang cukup sohor dan sering berbicara di media massa Indonesia memberikan komentar hanya sebatas sejarah atau psikologi masa para penggemar dan sedikit fenomena musik industri, namun tidak pernah berbicara substansi musiknya secara musikal. 

Mengapa saya menyukai musik The Beatles??
Kelompok musik ini tidak bisa dilepaskan dari kombinasi Paul dan John yang selalu senang bereksperimen, kombinasi kedua orang inilah yang menyebabkan karya The Beatles menjadi unik. Lagu ALL My Loving, karya ini belum dapat keluar dari pengaruh gaya melodis musik "Mersey Beat", akan tetapi struktur harmoni sudah semakin kompleks, dengan gaya vokal resitatif (yaitu khas musik rock n roll) kemudian ada kesan swing yg cukup unik ini adalah khas swing gaya rock'n roll, akan tetapi jenis ini lebih mirip juga standar jazz(seperti lagu Igot a Rhythm). Secara formal gaya ini punya strofe 1 (bentuk periode), diikuti oleh strofe 2. Lalu muncul refrain dan satu interlude instrumental, sebelum strofe 3 dinyanyikan dengan ulangan teks strofe satu. Nyanyian tunggal pada strofe satu, menjadi nyanyian dengan ters paralel pada storfe tiga ini, inilah salah satu gaya unik the beatles. Ulangan refrain mengakhiri lagu ini, (mack.46:C.6).

Berikutnya adalah contoh lagu "Strawberry Fields For ever"' betapa The Beatles sangat memperhatikan hubungan teks dengan melodi,,pada lagu ini setiap bertemu dengan kata Strawberry Fields For ever, maka secara ritmik selalu menggunakan "triol", pada bagian awal triol kecil yang digunakan, dan pada bagian akhir terdapat triol besar. Hal ini, seakan menegaskan pokok penting atau makna utama adalah kata Strawberry Fields For ever. 

Demikianlah ulasan singkat dari saya mengenai "mengapa saya suka musik the Beatles".

Simpulannya, jika bicara tentang pohon kelapa, bicaralah tentang pohon kelapa, jangan bicara tentang harga kelapa muda yang dijual oleh seorang gadis cantik di tepi pantai.

episode MUSIK KONTEMPORER "MUSIK ADALAH DIAM".

Yang kita sebutkan kontemporer sebenarnya sudah setua seperti laut.
Yang sebaiknya baru adalah kesalahpahaman.
Di samping itu, terdapat banyak proses pemikiran yang salah.
Kontemporer: budaya Barat?
Tradisi: sebuah benda peninggalan yang indah?
Seni: suatu kegiatan resmi?
Ilmu: hanya untuk spesialisasi?
Copyright: hanya bergantung uang?
Komponis-komponis “serius”yang sedih dan goblok menghilang di belakang suatu hutan “musik dinding”
Keluhan tentang keadaan kreativitas

Ect.ect.ect…

Dieter Marc dari buku tiga jejak (92:2004) “Slamet Abdul Syukur dalam sebuah surat umum yang resmi tertanggal 27 September 1994, kepada semua anggota dan peminat organisasi AKI (asosiasi Komponbis Indonesia) yang baru saja didirikan. 

Musik adalah diam, kesunyian adalah musik, bagaimana ini? Mungkin bagi orang awam statemen ini akan membuat termenga-mengo, tidak masuk akal dan terlalu lebay (yang terakhir adalah bahasa popular anak muda sekarang ini=berlebihan), namun demikianlah suatu perkataan perihal musik yang muncul dari mulut seorang Mas Slamet Abdul Syukur. Kemudian muncul perkataan lain lagi dari Mas Slamet ini, yaitu: “musik adalah peristiwa bunyi yang di perhatikan secara sungguh-sungguh”, bagaimana dengan “kentut”, berarti suara “kentut” dapat menjadi musik ketika suara kentut itu kita sikapi dan perhatikan secara sungguh-sungguh, dan kemungkinan besar instrument musik yang sudah mapan, bunyi tang-ting-tung piano, ngak-ngik ngok biola dan lainnya akan menjadi sampah atau polusi suara saja jika tidak di perhatikan secara sungguh-sungguh.

Hampir selama 2 bulan ini saya berupaya memaknai 4 karya Mas Slamet. Hal ini saya lakukan selain guna penelitian, pun karena saya merasa tertarik untuk mencoba membuktikan perkataannya ketika saya kuliah dengan Beliau.Dalam satu kesempatan dia menjawab pertanyaan saya tentang’ komposisi yang baik itu seperti apa?”, Beliau menjawab dengan singkat dan sekenanya saja “komposisi yang baik itu harus lengkap terdapat kepala, badan dan kaki”. Maka empat karya Mas Slamet , yaitu: “Uwek-Uwek”, 2 players (exploring their mouths), 1/2 djembé (African drums), 1992,” Gelandangan”, female voice, karunding, 1999 (version of work for karunding, tape), “Wangi”, female dancer, gamelan, lights, 1999, Ji-Lala-Ji, 2 flutes (both + percussion), 1989. Ke- empat karya Mas Slamet ini merupakan sesaji yang saya gunakan untuk merenungi kemudian dapat memaknai pemikirannya, salah satunya tentang pendapatnya bahwa “diam adalah musik”, memaknai karya Beliau ini dibutuhkan energi khusus, artinya kita harus dapat meninggalkan sejenak dogmatis musik “kertas dinding” yang begitu meracuni diri kita. Pada ke-empat karya tersebut saya merasakan adanya keseimbangan antara diam dan bunyi, diam adalah suatu persiapan untuk membunyikan secara nyata, sesungguhnya dalam diam bunyi itu telah ada namun tidak nyata, dengan diam Mas Slamet dapat menempatkan bunyi itu dalam waktu yang tepat istilahnya “ketepatan saat”, perkara ini tidak saja hanya terdapat pada karya Mas Slamet, seorang John Cotrane atau Miles Davis dalam gendre musik jazz menjadi pionir dalam musik Jazz Modal karena mereka mampu berdiam diri sejenak untuk menempatkan bunyi pada saat yang tepat. Peristilahan diam dalam pemaknaan Slamet Abdul Syukur saya pertanyakan juga kepada pak Dieter Marc, beliau menjawab:

“Makna diam dalam musik Mas Slamet adalah bahwa dia tahu persis kapan fase diam dalam musiknya seolah-olah berbunyi. Artinya diam adalah bagian integral dari bunyi”.

From: Dieter Mack <kamasan@t-online.de>
To: Hery Udo <udo_hery@yahoo.com>
Sent: Fri, February 19, 2010 12:53:55 AM
Subject: AW: Kontak

maka organologi suling sunda lubang enam

Ada masanya seseorang tidak bisa mengerjakan apapun, hal ini terjadi karena sinkronisasi otak dengan seluruh bagian tubuh lainnya agak tersendat. Istilah keseleo dapat diartikan sebagai kesalahan dalam menempatkan sesuatu, maka tentu kesalahan ini harus di perbaiki. Namun, biasanya istilah keseleo ini selalu berkaitan dengan urat kaki, tangan atau punggung, oleh karena itu istilah keseleo otak nampak tidak lazim digunakan..bla..bla..bla..keseleonya semakin parah.......
k..
e...
..............s
.....................e
...l
.........e
....................................o...t....a...k......................................................

SULING SUNDA LUBANG ENAM

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai bangsa yang terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku memiliki khasanah kebudayaan yang beraneka ragam, mulai dari musik, tari, rupa dan bentuk upacara –upacara ritual yang kemudian memberikan warna akan keaneka ragaman seni budaya bangsa. Sebagai seni pertunjukan yang telah mengalami proses yang sangat panjang dari masa-kemasa sehingga menjadi seperti sekarang ini adalah suatu perjalanan yang tidak mudah. Hal mengenai seni pertunjukan di Indonesia yang luar biasa ini dapat kita simak seperti kata seorang Begawan tari yaitu Prof. Dr. R.M. Soedarsono, di dalam bukunya tentang seni pertunjukan (7:2002),:”
“…mengenai kekayaan seni pertunjukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang luar biasa ini, jelas disebabkan selain jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta, negara ini memiliki enam agama besar serta satu Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu penduduk yang cukup besar jumlahnya itu terdapat lebih dari 500 etnis”.
Kekayaan ini tentunya harus di lestarikan dan dikembangkan secara sungguh-sungguh. Di dalam bidang instrument musik terdapat lebih banyak lagi keragamannya, ada ribuan jenis instrument musik yang terdapat di negara ini, mulai dari aceh sampai irian jaya, keaneka-ragaman itu dapat dilihat dari bentuk sampai kegunaannya. Jika kita bicara masalah benda yang mengandung nilai, maka nilai benda dalam bentuk instrument musik ini di dalam Masyarakat Indonesia mengandung arti yang sangat dalam hal ini disebabkan benda tersebut merupakan lambang status di dalam kehidupan masyarakatnya, seperti yang dikatakan oleh Prof. Jacob Sumardjo di dalam buku Filsafat Seni (139:2000), :
“Suatu benda dikatakan memiliki nilai jika benda itu berguna dan berkualitas (baik, benar, indah,adil dsb). Nilai atau kualitas itu harus tertentu, yang dapat menyebabkan orang mengakuinnya”.
Nilai atau kualitas suatu benda tentu tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan di dalam pencapaiannya, di butuhkan pengetahuan dan ketelitian khusus untuk dapat membangkitkan nilai suatu benda, pengelaman dan pengetahuan merupakan dasar untuk dapat menciptakan benda itu memiliki nilai.
Jawa Barat merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki ragam bentuk isntrumen musik, mulai dari instrument musik yang tebuat dari logam sampai yang terbuat dari bamboo. Intrumen musik bambu di jawa barat memiliki berbagai macam jenisnya demikian pula dengan fungsinya. Sebagai contoh instrument musik bambu yang berasal dari jawa barat dalam hal ini suku sunda, adalah : Angklung, calung, arumba, suling dan masih banyak lagi jenis lainnya, keaneka ragaman intrumen musik ini begitu besar memiliki peranan didalam masyarakat sunda baik sebagai alat upacara sampai pergaulan. Pada tulisan ini penulis akan berupaya membedah tentang suling sunda berlubang enam mulai dari fungsi, teknik dan pembuatannya. Setiap alat musik memiliki bentuk tubuh sendiri-sendiri, bentuk tubuh ini merupakan satu kesatuan tak terpisahkan, sama halnya dengan mahluk hidup yang memiliki organ sebagai alat-alat tubuh penunjang kehidupan sehingga bisa bernafas, berjalan dan melakukan aktifitas sehari-hari, alat musik pun memiliki hal yang sama, ada organ yang membuat alat musik itu memiliki warna bunyi, tingkatan bunyi sehingga dapat berfungsi ketika dimainkan. Organ seperti penjelasan dalam concise dictionary of musik , yaitu :
“keyboard instrument, played with hands and feet, in which wind under pressure sounds notes through series of pipes. Mechanism of organ comprises (1) supply of wind under constan pressure, by hand pump or electric blower. (2) one or more MANUALS (keyboard) and PEDAL BOARD. Connected with pipes by trackers, electro_pneumatic. Device, or electric, contacts and wires…..”. 
Bagian kutipan diatas nampak dikhususkan pada sebuah isntrumen musik barat yang bernama ‘Organ’, namun penjelasan itu nantinya akan mengerucuk kepada kajian bentuk tubuh instrumen yang disebut organology..sebab organology adalah pembahasan musik pada sisi instrument secara khusus dan mendalam mulai dari sejarah sampai bentuk alat musik itu sehingga terbentuk alat musik yang permanen. Apakah organology musik itu, sebuah kutipan dari Naty Robert :
“..anything that produces sound can be called a musical instrument. The term usually is reserved for instruments that have a particular function in an orchestra. The academic study of musical instruments is known as organology”. 
apapun yang dapat menghasilkan suara yang disebut alat musik. Istilah yang biasanya digunakan untuk instrumen yang memiliki fungsi tertentu di dalam sebuah orkestra. Akademik di dalam belajar alat musik ini dikenal sebagai organology. Begitu jelas tentang pentingnya intrumen musik didalam produksi musik membuat kajian organologi adalah hal yang sangat penting sebagai alat untuk mengkaji dan membedahnya, sehingga banyak perguruan tinggi terutama yang memiliki bidang pendidikan musik membuka jurusan khusus untuk bidang organologi ini. 

B. Pembahasan
Suling sunda adalah instrument yang sangat popular dan hingga sekarang instrument ini masih begitu memiliki arti khusus pada Masyarakat Sunda. Jika kita masuk kerumah makan Sunda, makan tidaklah lengkap jika tidak ada alunan suling Sunda baik itu pertunjukan secara langsung maupun dari kaset rekaman, nampak akan tidak terasa sundanya jika kita makan makanan ala sunda atau segala sesuatu yang berbau Sunda tanpa alunan instrument satu ini (suling sunda). Intrumen suling terdapat diseluruh daerah di Indonesia, namun pengaruhnya di masyarakat berbeda-beda, Masyarakat sunda memiliki kekhususan terhadap intrumen satu ini. Suling sunda yang paling popular adalah ,”apa yang disebut suling lubang enam dan lebih spesifiknya disebut suling tembang “. (wawancara dengan pak engkur kurdita), suara suling yang mendayu-dayu dalam laras pelog merupakan suatu ciri sendiri yang begitu melekat pada masyarakat Sunda.Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hal-hal tentang suling sunda lubang enam secara organologi.
a. Pemilihan bambo
Bambu yang dipergunakan untuk membuat suling sunda secara umum adalah : bamboo yang berjenis kecil, tipis dan kering, bambu tersebut itu bernama bambu tamiang, buluh dan iraten. Bambu tamiang terbagi menjadi dua bagian, yaitu tamiang biasa dan tamiang urat emas, tamiang urat emas merupakan jenis bambu yang paling baik karena selain bambunya tipis, pada badan bambu terdapat garis-garis berwarna kuning (bercak-bercak) yang menciptakan tekstur unik apalagi jika telah di ampelas dan di cat menggunakan pernis atau sejenisnya, selain itu pembuatannya lebih mudah karena tipis dan mudah kering selain itu mudah dilubangi menggunakan pisau raut. Buku dari bamboo ini ruasnya panjang-panjang , sehingga sangat cocok sekali untuk bahan suling. Bambu buluh adalah jenis berikutnya yang kadang digunakan juga sebagai bahan pembuatan suling sunda namun bahan dari jenis bambu buluh ini ruasnya pendek dan agak tebal sehingga jenis ini hanya merupakan alternative saja. Sama halnya dengan bamboo iraten yang merupakan bahan bambu alternative berikutnya, namun jenis bamboo ini lebih baik dari Janis bambu buluh, jenis ini hampir seperti jenis bambu tamiang namun ukurannya lebih besar biasanya suling yang menggunakan bahan dari bambu iraten ini berfungsi sebagai ilustrasi musik yang lebih bebas karena suaranya lebih melengking dan berlubang empat, kalau di kampung jenis bambu iraten ini dipakai sebagai bahan perkakas dapur.
b. Pengambilan bambu
Pengambilan bambu sebagai bahan suling mempunyai tata-cara yang telah turun-temurun dilakukan sejak jaman dahulu kala, kebiasaan ini masih dilakukan sampai sekarang ini. Bambu yang di ambil haruslah berumur lebih kurang lima tahun hal ini dimaksudkan agar bambu itu benar-benar tua dan tidak akan keriput ketika telah dikeringkan, waktu pengambilan bambu, yaitu setiap bulan Juni, Juli dan Agustus karena bulan ini adalah bulan kemarau..sehingga kadar air pada bambu sedikit, lebih baik lagi pertengahan bulan Agustus sebab merupakan puncak dari musim kemarau. Selain itu ada jam-jam khusu dalam pengambilan bambu ini, yaitu : jika pengambilan dilakukan pada pagi hari haruslah dilakukan pada jam 10 pagi sampai jam 12 siang dan waktu berikutnya adalah jam 14 sampai 16 sore kalau istilah dalam masyarakat sunda waktu bada asyar. Waktu-waktu ini mempunyai maksud sebagai cara masyarakat sunda menghormati alam, dan sebagai logikannya adalah watu jam 10 sampai 12 dan 14 sampai 16 tersebut merupakan saat dimana kadar air didalam bambu berkurang dalam pikiran Masyarakat penyedotan air tanah yang dilakukan oleh akar biasanya terjadi jam 17 sampai jam 9.30 pagi sehingga kesepakatan diantara pengrajin suling terjadi seperti demikian. Kemudian penebangan tidak dilakukan dari akarnya, namun disisakan satu sampai dua ruas dari akar, ini dimaksudkan agar bambu tersebut tumbuh kembali.
c. Bahan-bahan suling
Selain bambu berjenis tamiang, buluh atau iraten, terdapat juga bahan penting lain nya, yaitu : sebagai bahan ikat (saliwer) merupakan tempat sumber bunyi suling, biasanya menggunakan rotan cacing sebagai bahan ikat yang paling baik. Hal ini dikarenakan, bentuknya tipis dan gampang di pecah sehingga cocok sekali untuk bahan tali, saliwer atau sumber bunyi suling. Jaraknya 1 cm kemudian dibelah menjadi 7 – 10 mm dan selain ukurannya yang tepat juga bahan ini sangat tahan terhadap air liur artinya bahan ini tidak mudah menjadi berubah, menjadi lembut dan kemudian sobek. Selain rotan cacing ada pula bahan alternative lainnya, yaitu : bambu tali, bahan ini mudah pula dibelah-belah namun setelah kering bahan ini cepat pecah artinya tidak tahan lama sebagai tali saliwer tempat yang sangat penting dalam sebuah suling karena merupakan sumber suara. Selain bahan ikat, dalam pembuatan suling sunda terdapat bahan lainnya sebagai aksesoris agar suling itu sedap dipandang mata, bahan-bahan tersebut adalah : plitur (pernis) sebagai bahan untuk membuat tampilan suling menjadi mengkilat dan sebagai bahan pelapis dari cuaca agar suling lebih terawat, ada pula bahan pengukir dari batok kelapa yang di panaskan tujuannya adalah sebagai alat untuk mempercantik tampilan suling saja.
d. Pengolahan Bahan Baku
Bambu yang telah ditebang kemudian direndam di dalam lumpur sawah atau kolam ada juga cara lain yaitu menggunakan cairan tembakau. Lama perendaman ini dilakukan satu sampai dua minggu dengan tujuan agar bahan menjadi kuat. Setelah perendaman bahan selesai maka mulailah dilakukan pengeringan yaitu dengan cara di jemur. Teknik penjemuran bahan inipun bermacam-macam, ada beberapa cara dalam pengeringan bahan ini, cara pertama yaitu : dengan di jemur di panas matahari, cara ini adalah cara yang paling baik karena sumber panas yang alami sehingga warna bambu akan lebih muncul namun jika waktu pengeringannya tidak tepat bahan akan cepat pecah. Kemudian cara kedua adalah : bamboo di garang yaitu dipanaskan diatas tungku perapian tempat masak orang kampong, kelemahannya tekstur bambu akan mengalami noda berwarna hitam karena disebabkan oleh asam atau percik api dari tungku, sehingga keindahan warna suling akan tidak terlihat, hal ini bisa di atasi dengan cara di ampelas namun membutuhkan waktu lama, hal baiknya adalah karena faktor pengasapan tadi bamboo akan tahan terhadap serangga, cara ketiga, yaitu : bahan di angin-angin di beranda rumah, kekurangannya cara ini membutuhkan waktu yang lama kelebihannya bahan akan tahan terhadap kemungkinan pecah dan yang terakhir adalah di open, cara ini memang tidak alami namun produksi dalam pembuatan suling lebih efektif karena proses pengeringannya tidak memerlukan waktu yang lama.
e. Jenis, fungsi dan ukuran suling
Ada beberapa jenis suling sunda, mulai suling yang memiliki lubang enam, empat, lima dan suling gaya baru yaitu suling lubang delapan dan lubang tujuh, jenis yang terakhir ini merupakan pengembangan dari suling lubang enam. Namun secara umum suling sunda hanya terdapat tiga jenis yaitu: suling lubang enam, lima dan empat, jenis dan fungsinya secara umum dapat kita bedakan secar singkat seperti dibawah ini :
- Suling sunda lubang enam –digunakan untuk mengiringi tembang dan kawih namun lebih dominannya pada tembang, fungsinya adalah sebagai nada dasar pesinden dalam bernyanyi, membawakan melodi dan melilit melodi, ornamentasi yang dimainkan suling pasti sama dengan sinden, sementara laras yang digunakan adalah: laras pelog, pelog degung, madenda dan kadang salendro tapi untuk laras yang satu ini jarang digunakan oleh suling ini.
-
- Suling lubang lima- suling ini adalah jenis suling yang digunakan pada jenis kesenian tarawangsa suatu kesenian ritual di daerah sumedang, akan tetapi jenis suling ini di daerah Tasikmalaya pun sering digunakan, yaitu di daerah Cibalong.
- Suling lubang empat- secara laras suling ini di bagi menjadi :
1. Suling lubang empat laras degung
2. Suling lubang empat laras salendro
3. Suling lubang empat laras nyorog/madenda
4. Suling lubang empat laras sorog, bagian dari laras pelog.

Suling lubang empat ini biasanya hanya difungsikan untuk sajian musik instrumentalia dan tidak digunakan untuk mengiringi tembang atau kawih.
f. Ukuran suling Sunda lubang enam
Suling sunda lumbang enam mempunyai fungsi sebagai iringan dalam tembang dan kawih sebagai pemberi ornament dalam vocal , oleh karenanya karakter bunyi suling ini terbentuk disebabkan aturan-aturan pembuatannya, selain jenis bamboo ada pula ukuran lubang suling, ukuran tersebut sangat penting sebagai salah satu yang membuat suling lubang enam berbeda dengan suling lubang empat, lima atau lainnya. Suling sunda lubang enam secara ukuran dapat kita bagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Suling Kawih lubang enam, ukuran panjangnya adalah : 50 cm, 52 cm, 54 cm, 56 cm, 57 cm dan 58 cm
2. Suling Tembang cianjuran lubang enam, ukuran panjangnya adalah : 59 cm,60cm, 61cm dan 62 cm.
3. Suling laras madenda atau mataram suling sunda lubang enam, ukuran panjangnnya adalah : 44cm, 45 cm, 46 cm, 48 cm dan 49 cm.
Ukuran yang terdapat pada keterangan di atas adalah ukuran untuk panjang seluruh bahan suling, untuk ukuran tempat lubang biasanya dikenal dengan isilah ukuran bagi sepuluh, misalnya ukuran suling adalah 60, maka seluruh ukuran akan di bagi sepuluh maka akan terdapat ukuran 6 cm sebagai jarak lubang suling. Namun di dalam pelarasan ukuran tersebut tidak pasti kadang-kadang berubah sebab pelarasan dilakukan dengan gamelan sementara pelarasan gamelan pun berbeda-beda. Di dalam pengukuran lubang suling, artinya besar-kecilnya lubang berbeda-beda pula, jika besar lubang suling sama maka pelarasannya tidak akan benar. 
Ukuran dalam pembuatan suling Sunda lubang enam ini telah menjadi kesepakatan diantara pengrajin suling, kesepakatan ini terjadi karena hasil resonansi suara berdasarkan ukuran tersebut dapat mewakili bunyi dari suling sunda lubang enam ini sesuai dengan keinginan seniman dan masyarakat pendengarnya.
Sebagai tambahan untuk tone dan pelarasan pada jenis suling sunda dan bentuk lubang serta laras seperti pada keterangan berikut ini :
Diagram dibawah ini merupakan system penjarian suling sunda lubang enam didalam laras pelog degung, madenda/sorog, dimulai dari posisi untuk tiupan lembut, normal sampai sangat keras.

Gambar berikutnya adalah posisi jari dalam memaqinkan suling sunda lubang enam pada skala pelog degung.

Tuning, stem atau pelarasan di dalam suling sunda untuk suling lubang empat dan lubang enam, untuk suling lubang enam setidaknya dapat memainkan tiga laras atau scale yang berbeda, yaitu :
• Pelog degung : da-mi-na-ti-la-da (123451) di dalam scala diatonic musik Barat adalah: do si sol fa mi do (175431).
• Madenda atau sorog : da mi na ti la da [1 2 3 4 5 1],di dalam scala diatonic musik Barat adalah : fa mi do si la fa [4’ 3’ 1’ 7 6 4]
• Salendro : da mi na ti la da [1 2 3 4 5 1], di dalam scala diatonic musik Barat adalah : to re do la sol fa re [2’ 1’ 6 5 4 2] 
• Adapun laras yang jarang sekali digunakan adalah: Mandalungan


C. KESIMPULAN
Suling sunda lubang enam memiliki karakteristik bunyi yang agung dalam persepsi Masyarakat Sunda, sehingga jenis suling ini dipercaya untuk digunakan dalam mengiringi tembang cianjuran dan kawih. Oleh karena itu teknik pembuatan suling ini dan persiapan dalam pembuatannya dibutuhkan ketelitian dan pertimbangan khusus sehingga diharapkan dapat menghasilkan suara yang sesuai dengan telinga para penikmat dan pemainnya. Untuk dapat menghasilkan suara yang bagus tentu hal –hal yang menyangkut akustik dan organologinya merupakan prasyarat paling penting. Pengetahuan tentang organ intrumen dibutuhkan dengan tujuan untuk menghasilkan suara yang terbaik.
Tulisan ini begitu sederhana, akan tetapi tulisan ini merupakan sebuah permulaan dalam rangka usaha mentranskrip salah satu instrument musik tradisi sunda, sehingga diharapkan untuk kemudian terdapat tulisan-tulisan yang lebih detail lagi tentang kajian organologi terhadap intrumen musik tradisi Sunda. Begitu banyak intrumen musik Sunda yang belum di tulis secara organologi, padahal ada ratusan instrument sunda yang masih berperan dan digunakan dalam masyarakat sunda sekarang ini.

Musik, GAYA BIBOB (genre dalam musik jazz) Tahun 40-an

Unsur musik Swing serta penyebarluasannya, baik dalam bentuk pementasan serta rekaman-rekaman dan melalui siaran radio, cepat sekali menjadi terkenal di seluruh dunia dan akhirnya menjadi salah satu komoditi musik populer di Amerika yang sangat menonjol, bahkan musisi kaum Negro semakin menyesuaikan diri dengan unsur "entertainment"itu, contohnya (louis Armstrong). Tentu saja dengan persoalan "entertainment" keradikalan sebagai ekspresi masalah sosial kaum negro, semakin menurun, bahkan tidak ada sama sekali. Standarlah yang menjadi tolak kur seperti lazimnya dalam bidang musik populer dimana pun sampai hari ini, malah musik itu cenderung menjadi klise saja. Walaupun Duke Ellington serta musisi lain tidak mengikuti trend tersebut dengan sepenuh hati, mereka juga sering menyajikan repertoire-repertoire yang lebih ringan...(selanjutnya anda dapat lihat di situs internet)

HArMonI dalam Musik Bibob

Hal yang paling disukai oleh musisi Bebob adalah sebuah "Voicing" dengan interval kuint kurang -kuart murni. Yang menarik justru struktur ini bisa muncul dalam dua arti yaitu kuint kurang-kuart murni atau kuart lebih-kuart murni. Dua-duanya sama bunyinya akan tetapi sumber nada dasar berbeda: Versi satu adalah (dilihat dari nada dasar yang tidak ada atau dimainkan oleh bas hanya sebagai lintasan) ters Mayor/septim kecil dan ters minor diatas (yang juga disebut "non augmented" atau desim kecil, biasanya 9+ atau 9# untuk menjamin kesan urutan ters. Walaupun tanda harmoni seperti disini adalah D7,9# nada dasar bisa dimainkan bisa tidak-terutama dalam iringan). Kemudian versi kuart lebih-kuart murni bertolak dari urutan-dilihat dari suatu nada dasar -septim kecil/ters Mayor dan 13 (sama dengan seks (tk 6)tetapi tetap urutan ters diperhatikan). Dengan demikian urutan akor f#-c-f kemudian f-b-e bisa ditafsirkan sebagai D7,9#-G7,13 yang menuju ke C-Mayor sebagai TK II-V-I dan kalau mau TK V masih bisa divariasikan dengan tambahan kuint D yang diturunkan menjadi Db. Ini hanya sekilas tentang ciri khas harmonisasi Bebop yang tidak bisa dilihat terlepas dari gaya melodi yang sangat kromatis,sesuai dengan harmoni-harmoni tersebut. Maka perlu latihan pendengaran yang luas untuk tetap mengikuti kerangka harmoni traditional yang sebenarnya tetap ada
.

Rabu, 16 April 2014

MENGAPA BERNAMA MUSIK KERONCONG?????

Banyak versi tentang istilah keroncong. Salah satunya adalah gelang keroncong, yaitu lima hingga sepuluh gelang yang dikenakan di lengan kaum hawa. Jika lengannya berlenggang ketika berjalan, gelang-gelang itu bersentuhan dan menimbulkan suara crong…crong….crong.Sebutan kroncong, juga dikatakan berasal dari rangakaian gelang yang terdiri dari tiga ukuran yang selain dipergunakan sebagai perhiasan biasa dan perhiasan tari, juga perhiasan kuda yang menarik delman atau andong. Gelang yang kemudian disebut gelang keroncong itu menimbulkan tiga suara sesuai dengan ukurannya: cring…cring…cring (kecil), crung …crung… crung (sedang) dan crong …crong… crong (besar).
Pemeran karakter wayang orang juga mengenakan gelang keroncong, sebagaimana yang bisa terlihat dalam lukisan wayang kulit, di pergelangan tangan dan kakinya. Ada juga teh keroncong, yang disajikan dengan sebuah gelas atau cangkir. Teh yang sudah berada dalam gelas atau cangkir diseduh dengan air panas, lalu diihirup selagi hangat, semakin sedikit air yang tersisa teh menjadi lebih kental dan sepet, semakin nikmat. Teh keroncong ini juga dikenal sebagai teh-tubrukKemudian nasi keroncong, yang sekarang kita kenal sebagai nasi liwet, karena cara masaknya yang sama. Atau yang cukup populer, perut keroncongan. Pada tahun 1995 sempat ramai tentang istilah keroncong. 
Iklan televisi Gold Star menggunakan kalimat Soundmax, suaranya metal harganya keroncong di harian Kompas, 2 September 1995. Kalimat itu diartikan beberapa pembaca menjadi Suaranya hebat, harganya murah, sehingga mengundang polemik.Ada yang menyebutkan bahwa kalimat itu kreatif dan mengartinya Soundmax, suaranya keras harganya lembut. Tapi ada lain mengatakan iklan itu menghina musik keroncong sebagai sesuatu yang murah. Namun dengan tangkas, Ricky Subrata, President Director PT Komunika Cergas Ilhami, produsen televisi itu, menangkis dengan suratnya tertanggal 11 September 1995:“Melalui surat ini kami ingin menjelaskan sekaligus menyelesaikan masalah kesalah-pahaman penafsiran iklan tv Soundmax (GoldStar), sebagai berikut: 1. Kami tidak pernah bermaksud merendahkan musik keroncong. 2. Dialog dalam iklan Soundmax yang berbunyi: “Soundmax… suaranya metal, harganya keroncong”, adalah sebuah analogi yang biasa dipergunakan dalam teknik komunikasi periklanan, agar pesan yang ingin disampaikan dapat dengan cepat menarik perhatian, segar dan mudah diingat. Makna sebenarnya dari dialog tersebut, adalah: Soundmax suaranya dahsyat, harganya lembut dan bisa diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, seperti musik keroncong. 3. Namun, agar kesalah-pahaman ini tidak berlarut-larut dan sekaligus memperlihatkan respek kami terhadap musik keroncong, kami telah mengambil inisiatif mengganti dialog tersebut menjadi: “Soundmax… suaranya metal, harganya bagus, lho…”. Dengan demikian, kesalah-pahaman ini telah selesai.” <!–more–>
Asal-muasal istilah keroncong memang masih terus bergulir. Tapi yang pasti ukulele, gitar kecil yang panjangnya sekitar 65 sentimeter (leher/hals 35 sentimeter, badan/corpus, 30 sentimeter), disebut juga sebagai alat musik keroncong. Jika seorang memainkan alat musik itu, disebut sedang main keroncong. Maksudnya adalah dia sedang memainkan alat musik keroncong. Namun pengertiannya lama-kelamaan menjadi dia memainkan musik keroncong.
Ukulele yang dibawa bangsa Portugis kita sebut juga ,em>cuk, krung atau kencrung. Jika dimainkan, alat musik berdawai 4 ini memang mengeluarkan suara crong….crong….crong. Dugaan kuat bahwa dari suara ukulele inilah sebenarnya lahir istilah keroncong.
Prana Abrahams yang pada tahun 2006 berusia 77 tahun dan Robby Sowakeluwakan, 55 tahun, mengatakan bahwa keroncong lahir karena kebutuhan hiburan warga Kampung Tugu.
Waktu nenek moyangnya pertama bermukim di kawasan Cilincing, belum ada gramafon, radio, apalagi tape atau televisi. Satu-satunya cara bagi warga untuk melepas lelah adalah dengan bertutur cerita sambil memainkan alat musik yang mereka miliki, yaitu ukulele. Gereja pun belum memiliki orgel, jadi kalau ada kebaktian diiringi musik keroncong.
Prana inilah yang mewarisi tradisi turun-temurun membuat ukulele dan menjual kerajinan tangan itu ke toko Thio Tek Hong di Pasar Baru. Sebuah ukulele yang dibuat dari kayu bulat itu harganya Rp 60.000 - Rp 70.000.- (enam puluh ribu - tujuh puluh ribu Rupiah) pada tahun 2005. Dulu dawai ukulele dibuat dari urat kucing Anggora, sekarang menggunakan senar pancing.
Sebelumnya juga dikenal Leonidas Salomon. Laki-laki kelahiran 10 November 1904 itu membuat alat musik keroncong Tugu khusus untuk sebuah yayasan keturunan Portugis Yayasan Putra Tugu yang memperoleh Rp. 1500,- (seribu lima ratus rupiah) pada tahun 1971. Hasil itu pun harus dibagi ke pada pekerja yang membantunya.Bahan utama alat musik keroncong Tugu buatannya adalah batang pohon kenanga atau waru. Disebut alat musik keroncong Tugu, karena berdawai 5. Menurut Leonidas, kalau berdawai 4 baru disebut ukulele.
Biasanya untuk memperoleh bahan baku alat musik buatannya, Leonidas harus membeli sebuah pohon kenanga atau waru. Setelah ditebang, dipotong dalam bentuk kotak, baru dibentuk badan alat musiknya. Sementara lehernya dibentuk dari potongan kayu yang memanjang.Seperti juga Prana, Leonidas mula-mula menjual hasil keranjing tangannya itu ke toko Thio Tek Hong dan satu lagi sebuah toko alat musik di Senen. Tapi pada tahin 1971 kedua toko itu tidak lagi menjual alat musik, sehingga Leonidas hanya mengandalkan pesanan, yang tentunya saja jumlahnya sangat sedikit, Bahkan sering berbulan-bulan tidak ada pesanan sama sekali.
Selain membuat ukulele, warga Tugu juga memiliki kebiasaan membuat kue-kue seperti dodol dan kue lapis. Pada masa lalu belum ada penjual kue seperti sekarang, sehingga tiap rumah tangga harus membuat kue sendiri. Kue buatan sendiri itu disuguhkan pada tamu. Kue itu mewakili tingkat citra rasa pembuatnya, mewakili semacam prestise marga.
Lagu keroncong Portugis pertama-tama yang juga cukup populer adalah Prounga khusus untuk penyanyi solo sesuai dengan artinya tunggal. Lagu ini sangat disenangi penduduk Kampung Bandan, hingga menyebutnya Krontjong Bandan